Pengalaman menarik yang diceritakan lewat medsos:
Sudah 2 minggu adik perempuan saya yang paling kecil uring-uringan, setelah konsultasi ke dr. Tan Shot Yen, dokter nyentrik yang gemar menghujat pasien pasiennya dengan kata sarkasme.
- Dr Tan : Itu kenapa Badanmu, gendut begitu?
- Pasien : Karena Pola makan yg salah , dok
- Dr Tan : Udah tau salah kenapa tidak usaha diperbaiki ?
- Pasien : Susah dok, saya sulit menolak setiap kali diajak makan sama teman .
- Dr Tan : Temanmu suka kalo kamu gendut dan jelek dan mereka tidak peduli.
- Dr Tan : Kamu tau kenapa perutmu makin membesar ?
- Pasien : Banyak makan nasi, camilan, gorengan dll
- Dr Tan : Karbohidrat itu untuk anak2 yang dalam masa pertumbuhan, bukan untuk orang dewasa seperti kamu, jangan heran badanmu melar ke samping. Kamu gak bakal mati sih, paling2 cuma stroke, terus kalo pembuluh darah jantungmu tersumbat, juga gak mati, karena dokter bisa pasang ring. Tapi hidupmu bakal menyusahkan banyak orang.
- Pasien : Iya dok
- Dr Tan : lihat tuh ukuran perutmu, itu bukti kongkrit, pola makanmu ngawur. Memasukan makanan cuma karena kamu suka bukan apa yang dibutuhkan perut.
Sepenggalan cerita yang sempat diceritakan adik saya, membuat saya terkagum-kagum, bagaimana dokter ini begitu peduli dengan pasiennya, sampai-sampai dia rela untuk dicap “jutek".
Adik saya dilarang makan karbohidrat, tidak bisa lagi makan nasi, tepung, kue kue gula… Gubrak, padahal cuma itu satu satunya kenikmatan hidup.
KENAPA SEKARANG MASYARAKAT KITA DIKELILINGI PENYAKIT?
Karena makan menjadi rekreasi. Lihat saja setiap kali ada perayaan apapun, pasti ada makanan di sana. Dan setiap kali ada makanan enak, pasti diburu para penggila kuliner. Padahal tahukah kita 80% penyakit itu berasal dari makanan yang masuk ke perut. Kabar buruknya hampir semua makanan enak biasanya 90% tidak sehat… Nah lho kok bisa begitu.
Karena makanan enak itu terlalu banyak penyedap rasa dan lidah kita dicekoki makanan enak dengan seribu rasa sampai akhirnya menjadi ketagihan. Kecanduannya tak beda dengan perokok, obat-obat sedatif atau apapun yang membuat kita menjadi sulit melepaskan dengan alasan enak.
Karena makanan enak itu terlalu banyak penyedap rasa dan lidah kita dicekoki makanan enak dengan seribu rasa sampai akhirnya menjadi ketagihan. Kecanduannya tak beda dengan perokok, obat-obat sedatif atau apapun yang membuat kita menjadi sulit melepaskan dengan alasan enak.
Lidah dan mulut terus menuntut, semua yang masuk, harus banyak penyedap rasa. Makanan dengan sedikit rasa akan kurang digubris.
Kalau ada yang bilang minuman juice kalengan itu sehat, itu pasti sesat. Berbagai makanan olahan mulai dari sosis, tepung Ikan, serbuk berserat dan lain-lain semuanya cuma bualan produsen dan iklan yang terus saja membodohi kita. Berbagai macam diet (Golongan darah, Keto, Detok dll) itu juga banyak yang ngawur karena ditelan begitu saja bulat-bulat. Perusahaan MLM ramai-ramai menjual pil sakti, berbagai penemuan alat yang bisa menyembunyikan semua sakit, tumbuh subur seperti kecambah di musin hujan.
Opor ayam yang dimasak berulang-ulang, akan membuat makanan semakin nikmat, begitu pula rendang yang dimasak berulang-ulang kaldunya akan semakin menggila. Padahal semuanya akan masuk menjadi rantai lemak jenuh yang nantinya akan membuat darahmu lebih kental, menyumbati pembuluh darah di jantung dan otak,..maka siap siap saja stoke, jantung koroner, kencing manis, fatty liver dll pasti akan datang… catat ya … pasti!!..
Tapi atas nama kemajuan teknologi orang akan berdalih, khan ada obat dan bisa pasang “ring" kalo jantung tersumbat. Itulah kenapa produsen makanan instan dan industri obat menjadi simbiosis mutualisme sampai kapan pun, ini cuma masalah supply and demand.
MAU SEHAT ITU PERLU PERJUANGAN KERAS
Saya suka sekali mengamati perilaku orang saat ke pesta, melihat bagaimana para orang-orang yang berusia lanjut dengan perut buncit menyikat semua makanan dengan membawa sepiring penuh berbagai rupa, Mereka seperti berebut makanan, sifat basik, insting takut kehabisan. Tanpa sadar sebetulnya mereka sedang memasukan banyak bangkai ke dalam perutnya dalam jumlah berlebih bukan sekedar mencicipi tapi menggilai, mereka berkompetisi untuk itu.
Tubuh diciptakan bukan dari simplicity of mind. Serbuan makanan instan, makanan lezat, makanan kaleng tak bisa lagi kita bendung. Kita seolah tak punya daya dicekoki iklan makanan instan yang katanya menyehatkan.
Tetapi sebetulnya tubuh punya hak untuk melakukan segala keruwetan atas alasan sehat. Tak bisa lagi atas alasan instan dan kepraktisan menjadikan tubuh diracuni dengan iming-iming rasa yang enak.
Orang yang memilih sehat akan melakukan perjuangan yg keras:
- Bagaimana lidah harus belajar menolak makanan enak yang kerap kali memperkosa mata untuk terus menatap. Perut tak bisa lagi disamakan dengan tembolok, tempat menyimpan semua bangkai binatang yang dilumuri berbagi penyedap.
- Kita harus berani menolak ajakan teman untuk menjadikan makan sebagai sarana rekreasi. Karena hakekat makan harusnya untuk sehat bukan cuma kenyang .
- Mulai memaksa perut untuk memusuhi karbohidrat (nasi,tepung dan makan olahan), karena semuanya akan jadi bahan penyakit, ini susahnya luar biasa.
- Memaksa tubuh untuk terus bergerak, berjalan, berlari bukan cuma diam dan duduk.
- Jangan lagi menyandarkan sehat kepada obat dan rumah sakit tapi ambil menjadi sebuah tanggung jawab pribadi. Ingat kita bukan bekerja keras untuk memperkaya rumah sakit dan dokter
Kalau tidak ada keluhan bukan berarti anda sehat. Ingat mati itu bukan urusan kita, tapi sakit itu, kita yang buat. Tubuh punya hak untuk sehat dan kewajiban kita untuk tidak terus memasukkan sampah ke dalam perut cuma karena alasan enak.
Ingat sakit bukan juga soal pribadi, tapi anda akan banyak mereporkan orang sekitar. Itu egoisme yang akan anda perlihatkan kepada anak cucumu.
Ingat sakit bukan juga soal pribadi, tapi anda akan banyak mereporkan orang sekitar. Itu egoisme yang akan anda perlihatkan kepada anak cucumu.
Sumber: Mailing list kesehatan
Related link:
"Obat Bukan Jawaban" - dr. Tan Shot Yen
"Obat Bukan Jawaban" - dr. Tan Shot Yen
Recommende link: