Tuna Kaleng

Rabu, 25 Desember 2013

Tetap Bugar Saat Pancaroba


Saat peralihan musim (pancaroba) datang, bermacam-macam penyakit pun turut datang menyerang. Yang paling sering adalah flu dan batuk. Hal tersebut sangat mungkin disebabkan menurunnya daya tahan tubuh yang disertai kondisi cuaca lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu, kita harus cermat dalam menghadapinya agar tak mudah sakit.

  1. Perbanyak waktu istirahat. Pastikan tidur 7-8 jam sehari.
  2. Konsumsi vitamin C sebanyak 400mg/hari. Konsumsi vitamin C di atas dosis tersebut tidak akan memberikan efek positif karena bakal dikeluarkan bersama urine.
  3. Lakukan olah raga ringan secara rutin. Olah raga ringan bisa membantu tubuh untuk meregulasikan semua fungsinya dengan baik.
  4. Hindari stress. Stres bisa mempengaruhi otak untuk memnhasilkan zat-zat yang kurang baik bagi tubuh dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh.

Dengan menjalankan pola hidup sehat seperti di atas, diharapkan tunuh kita selalu sehat setiap saat dalam menghadapi aktivitas. Khususnya dalam masa pancaroba.

Sumber: Jawapos, 25 Des 2013
Penulis: Dila Muflikhy Putri (mahasiswa FK Universitas Diponegoro)

Kamis, 31 Oktober 2013

Awali Pagi Hari dengan Hal Positif


Pagi merupakan awal yang penting untuk memulai hari. Suasana yang terjadi saat pagi hari, bisa berdampak pada jam-jam berikutnya. Jika pagi kita berseri maka menjalani hari pun semakin bersemangat. Namun sebaliknya, awal hari yang buruk dapat membuat segalanya kacau.

Suasana di pagi hari sebenarnya dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Anda dapat mengatur seperti apa pagi yang Anda inginkan. Seperti dilansir laman Womansday, berikut delapan kunci pembangkit semangat di pagi hari.

1. Lakukan hal yang disukai
Saat Anda bangun, ambilah waktu 30 detik untuk memikirkan hal yang menyenangkan. Lakukanlah hal tersebut saat pertama kali memulai hari. 

2. Makanan yang seimbang
Mulailah pagi hari dengan asupan gizi yang cukup, melliputi karbohidrat dan protein. Misalnya dengan menyantap bubur gandum, maupun roti panggang dengan selai kacang. Untuk meningkatkan suasana hati, kopi ataupun teh hitam juga disarankan.

3. Hirup udara segar
Sempatkan diri untuk berolahraga walau hanya beberapa menit. Para peneliti mengemukakan, suasana hati yang baik bisa diperoleh dari berolahraga sambil menghirup udara segar. Bahkan termasuk berjalan dan berkebun.

4. Dengarkan suara alam
Orang yang terkena depresi dapat pulih perlahan setelah mendengarkan suara air yang mengalir dan kicauan burung. Bukalah jendela dan dengarkan suara alam di pagi hari. Ponsel Anda pun dapat digunakan untuk memutar suara alam.

5. Minum cokelat panas
Menyeruput minuman yang mengandung flavonol kakao dapat meningkatkan suasana hati serta tingkat kewaspadaan.

6. Bayangkan hal positif
Walaupun hanya angan-angan, namun membayangkan hal positif akan meningkatkan energi yang serupa. Bayangkan tentang pekerjaan impian ataupun jodoh. Ini akan melahirkan suasana hati yang positif.

7. Senyum
Tersenyum adalah cara sederhana untuk mengubah suasana hati Anda, dan suasana hati orang di sekeliling Anda.

8. Mencium bau mint
Para ahli menemukan bahwa peppermint berkhasiat menyempurnakan suasana hati. Cobalah untuk menggunakan aromaterapi mint di dalam ruangan. Jadi ketika Anda bangun, suasana hati dapat terangkat oleh aroma tersebut.

Sumber: Milist ATI



Minggu, 01 September 2013

Relaksasi Sejenak di Depan Komputer




Posisi duduk yang ideal memang mampu meningkatkan durasi kerja di depan komputer. Akan tetapi, otot-otot penopang (dalam hal ini otot leher, bahu, dan punggung) juga memiliki kapasitas dan akan menjadi lelah. Oleh sebab itu, Anda perlu melakukan latihan relaksasi stretching otot di sela pekerjaan.  Latihan ini sangat efektif bila dilakukan secara benar dan runut. Gerakan relaksasi cukup dilakukan selama 5 menit setiap bekerja 1,5-2 jam di depan komputer.

Berikut adalah contoh latihan stretching yang sederhana dan mudah diikuti. Anda dapat menempelnya di samping meja kerja guna mengingatkan pentingnya relaksasi di tengah sibuknya pekerjaan.

Ingat, stretching yang baik harus mencakup semua otot: mulai dari leher, bahu, lengan, tangan, punggung, dan dada. Lakukan stretching secara perlahan hingga batas maksimal bisa Anda capai. Rasakan otot tersebut teregang dan menjadi rileks; pertahankan selama beberapa detik. Bila awalnya terasa kaku, coba bantu digerakkan secara pasif dengan dorongan tangan. Namun, jangan paksakan bila muncul nyeri. Usai satu gerakan, lakukan gerakan antagonisnya lalu sisi sebelahnya.

Tak kalah pentingnya, Anda pun harus mengistirahatkan mata dan pikiran sejenak. Memejamkan mata selama 2-3 menit terbukti efektif agar otot mata tidak kelelahan. Demikian juga dengan pikiran. Bekerja monoton dengan fokus penuh dapat menyebabkan Anda jenuh dan kehilangan konsentrasi. Sembari melakukan gerakan relaksasi 5 menit, Anda dapat mengalihkan sejenak pikiran Anda dari kepenatan itu. Atau, berjalan-jalan ke meja kerja tetangga juga boleh dilakukan supaya tidak bosan.

Apakah Anda mulai merasa lelah di depan komputer? Mari mulai bergerak dan lakukan relaksasi. Di samping terhindar dari risiko masalah kesehatan, Anda pun akan menjadi lebih produktif mengerjakan tugas di komputer.


Sumber: dr. Frans Liwang, Kompas Health - 29 Aug 2013

Rabu, 31 Juli 2013

Puasa Dapat Keluarkan Racun dari Tubuh


Cobalah ingat-ingat. Dalam beberapa hari terakhir apakah Anda sering sakit kepala? Terganggu oleh sariawan? Kulit bermasalah? Tubuh cepat lelah? Jika iya, berhati-hatilah. Menurut Andang Widhawari Gunawan, konsultan gizi dan penggagas Food Combining, kondisi itu menandakan adanya tumpukan toksin di dalam tubuh Anda. 

Toksin atau racun, tentu harus dikeluarkan dari tubuh. Jika jumlahnya sudah berlebih, ia akan menumpuk dan menyebabkan toksemia (kondisi keracunan dalam darah). Jangan aggap enteng toksemia sebab ia berkaitan dengan hampir semua penyakit degeneratif.
Penjelasan singkatnya begini: Sel-sel tubuh kita memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperolehnya dari usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita konsumsi. Jika ada racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut beredar bersama darah ke setiap sel-sel tubuh.

Racun bisa berasal dari dalam (endogenus) atau dari luar (eksogenus). Yang dari dalam misalnya sisa metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat stres, gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam tubuh. Jadi, makanan yang kita konsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi ternyata mengandung racun terselubung yang tidak kita sadari. Sedangkan faktor eksogenus diantaranya polutan, obat-obatan, hormon pada ternak, produk susu, makanan yang diproses, lemak trans, dan mikroba.

Sebenarnya tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani toksin ini. Berkeringat, berkencing, dan buang air besar merupakan detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini tidak serta merta menuntaskan masalah. Ada saja penyebab yang membuat mekanisme alamiah tadi terganggu.
"Bayangkan saja jika sehari saja kita mengalami gangguan buang air besar. Atau tidak lancar. Berarti tubuh kita menyimpan racun satu hari. Jika berhari-hari otomatis racun menumpuk dan mengendap. Jadi, melalui buang air atau berkeringat saja ternyata tidak cukup," jelas Andang. Untuk itulah kita harus melakukan detoksifikasi secara berkala.

Perbanyak Konsumsi Sayur

Detoksifikasi yang benar merupakan jawaban bagi tubuh untuk memperoleh zat-zat gizi yang tepat dan memberi kesempatan tubuh untuk lebih leluasa melakukan pembuangan. Organ yang berperan dalam proses detoksifikasi adalah liver dan saluran usus.
Detoksifikasi yang hanya fokus pada pengeluaran racun saja sangat berbahaya sebab memberi tekanan pada kedua organ tadi. Jadi, selain mengeluarkan racun, detoksifikasi juga harus memberi makanan dan mendukung kerja organ-organ tadi.

Ada dua sistem detoks. Yang pertama detoks xenobiotik, yakni proses menetralisir toksin dari bahan kimia dan logam berbahaya yang berasal dari makanan dan udara. Sistem kedua adalah detoks antioksidan yang membersihkan zat reaktif terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet, rokok, dan asap hasil pembakaran.

Sesungguhnya, puasa yang telah dilakukan bulan Ramadhan merupakan cara mudah dan aman berdetoks. Detoksifikasi sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun selama 30 - 40 hari. Ini hanya ancar-ancar saja.
Semakin kita tidak sehat tentu semakin sering dan lama waktu yang diperlukan untuk proses detoksifikasi. Agar tidak kaget jika harus berpuasa selama 30 - 40 hari, berlatihlah untuk berpuasa dua hari dalam seminggu.

Saat berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati - organ terbesar dalam tubuh - memang memiliki tugas yang berat.

Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa, tentu ada jeda sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sedangkan lambung merupakan keranjang makanan yang tidak protes meski yang masuk adalah makanan "jelek".

Bagi pemula, mulailah melakukan proses detoksifikasi dengan lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah segar. Jenis makanan ini memiliki kandungan air dan serat yang tinggi sehingga membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Di samping itu juga sarat dengan vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks tadi.

Selanjutnya lakukanlah puasa dan jika membutuhkan, asuplah suplemen khusus detoks. Dalam memilih suplemen, sebaiknya yang mengandung bahan makanan organik. Kurangi semua makanan pembentuk asam selama 3 - 7 hari sebelum melakukan detoks.
Begitu juga selama menjalani puasa, tahan dulu keinginan untuk mengonsumsi makanan pembentuk asam tadi. Makanan pembentuk asam adalah makanan yang mengandung protein (hewani), pati, dan lemak (untuk lengkapnya lihat boks). Efek bagi tubuh adalah munculnya asidosis, yakni penurunan keasaman darah (di bawah 7,35).

Proses pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama. Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi. Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing crisis.

Bentuk dan manifestasinya berbeda-beda tiap orang. Beberapa contoh misalnya warna urine berubah menjadi lebih keruh dan berbau menyengat; sering kentut dengan bau sangat menusuk; pusing, mual, nyeri sendi/otot, batuk atau flu; dan kotoran banyak disertai dengan mukus atau lendir yang cukup pekat.

Puasa 40 hari

Reaksi tadi biasanya muncul pada hari ketiga dan tidak berlangsung lama. Paling beberapa hari saja. Saat healing crisis muncul, jangan mengonsumsi obat-obatan apa pun. Jika tidak yakin dengan apa yang Anda rasakan, lebih baik berkonsultasi dengan ahli terapi nutrisi atau dokter yang mengerti soal terapi nutrisi.

Untuk mengatasi reaksi detoks, lakukanlah hal-hal berikut: 

  1. Istirahat di tempat sejuk dan memiliki sirkulasi udara yang baik. 
  2. Tidak berpanas-panas di bawah terik matahari. 
  3. Tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi seperti berjalan jauh, olahraga berat, atau berhubungan seksual. 
  4. Sering minum, tetapi hanya boleh minum air putih dan jus buah segar. Warna urin yang keruh boleh jadi karena tubuh kekurangan cairan.
Selama krisis penyembuhan tadi, hindari makanan berat seperti daging, nasi, dan makanan berlemak. Begitu juga dengan paparan pestisida. Yang terpenting, bersabarlah. Apalagi bagi mereka yang racunnya sudah terbentuk sejak lama tentu butuh waktu lama juga untuk membersihkannya. Bayangkan saja ketika Anda harus membersihkan kerak kotoran yang sudah lama menempel di lantai kamar mandi.

Proses detoksifikasi sendiri memang berliku. Ada lima tahapan yang berlangsung dalam 40 hari. Tahap pertama berlangsung selama dua hari. Pada tahap ini kadar gula darah turun sampai di bawah 70 mg/dl. Untuk kembali normal, glikogen dari lever diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke darah. Glikogen juga bisa diambil dari otot, yang berakibat tubuh menjadi lemas.

Untuk menghemat energi maka Basal Metabolic Rate (BMR) turun sehingga denyut jantung melambat dan tekanan darah pun turun. Healing crisis muncul pada tahap ini: sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, mata berkabut, dan lidah terasa tebal. Tahap ini mungkin ditandai dengan rasa lapar yang sangat kuat.

Tahap kedua yang berlangsung pada hari ketiga sampai hari ketujuh, tubuh sudah mulai menyesuaikan diri dengan kondisi puasa. Sistem pencernaan istirahat dan memusatkan energinya pada pembersihan dan penyembuhan. Lemak diurai untuk melepas gliserol yang akan diubah menjadi gliserol. Oskidasi lemak menghasilkan keton-keton yang menekan selera makan.

Kulit pun lebih berminyak (bahkan bisa muncul jerawat atau bisul) karena lemak-lemak rusak mulai dikeluarkan dari dalam tubuh. Organ-organ pembersihnya pun mulai diperbaiki, termasuk paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa nyeri jangan takut. Perbaikan juga menyentuh usus besar sehingga plak pada dindingnya mulai lunak dan lepas. Nafas masih bau dan lidah masih terasa tebal.

Seminggu kemudian (hari ke-8 sampai ke-15) merupakan tahap ketiga, ditandai dengan peningkatan energi, pikiran lebih jernih, dan tubuh terasa lebih fit. Bekas luka lama mungkin menganggu dan menimbulkan nyeri karena kemampuan menyembuhkan dari tubuh meningkat selama proses detoksifikasi ini. Sel-sel darah putih mengeluarkan zat yang dapat melarutkan sel-sel mati.

Zat inilah yang menimbulkan rasa nyeri pada saraf di sekitar bekas luka tadi. Nyeri ini justru menjadi penanda bahwa proses penyembuhan hampir mencapai finish. Nyeri dan tegang juga muncul pada otot akibat iritasi toksin, terutama di kaki sebab toksin berkumpul di kaki. Persoalan lain yang muncul pada tahap ini adalah sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut. Penyelesaiannya gampang: kumur dengan air garam.

Sisa hari sampai detoksifikasi selesai adalah tahap keempat. Tubuh sudah beradaptasi dengan proses detoks sehingga energi pun meningkat dan pikiran lebih jernih. Pikiran jernih mungkin terasa setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.

Tubuh telah bekerja pada kapasitas maksimum dalam mengganti sel-sel yang rusak. Keseimbangan homeostatik mencapai tingkat optimal. Sistem getah bening sudah bersih, namun lendir bisa saja masih keluar melalui hidung dan tenggorokan. Gangguan nafas sudah hilang, begitu juga lidah sudah normal, berwarna merah muda. Jadi, sudah pede lagi.
Tahap kelima adalah buka puasa. Saat berbuka ini, makanan yang masuk akan melepaskan plak pada dinding usus yang sudah meluak. Toksin masuk ke darah dan keluar dari tubuh melalui usus besar.

Empedu membuang ampasnya melalui cairan emped dalam jumlah besan dan menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Mungkin saja diikuti dengan diare. Jika tak nyaman bisa dibantu dengan colon hydrotherapy.

Memang panjang dan tak nyaman (sepertinya) proses detoksifikasi ini. 
Namun ingatlah manfaat setelah itu: 

  1. kulit menjadi bersihsehat, kencang, dan lembut; 
  2. berat badan turun; 
  3. daya ingat meningkat; 
  4. kadar gula darah, tekanan darah, fungsi liver, dan ginjal menjadi lebih baik; 
  5. gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dan sebagainya hilang; 
  6. dan masih banyak lagi.

Jadi, mengapa tak diteruskan puasanya? Atau yang belum berpuasa, bisa berlatih puasa.

Sumber: Agus Surono, Kompas.com (Health) - 29 Juli 2012

Minggu, 30 Juni 2013

"Obat Bukan Jawaban" - dr. Tan Shot Yen


Ia mendidik pasiennya agar mengubah gaya hidup. 
Prinsipnya, pasien harus punya otonomi terhadap tubuh sendiri. 


Cobalah berkunjung ke klinik dr. Tan Shot Yen di wilayah Bumi Serpong Damai pada pukul 11.00 di hari kerja. Anda akan melihat dr. Tan menghadapi beberapa pasien. Sekilas, Anda mungkin berpikir dokter sedang marah-marah. Padahal ia sedang menjelaskan tentang gaya hidup sehat pada pasien barunya. Pasalnya, memang begitu gaya dr. Tan, menjelaskan dengan suara keras. Bila kita simak ucapannya, semua yang dijelaskannya sangat penting dan membukakan mata.

“Kesalahan pasien dalam berobat hanyalah mencari tahu ‘bagaimana’. Bagaimana caranya menurunkan tensi, menurunkan kadar gula, menguruskan badan, menghilangkan senewen atau sakit di jemari. Jika Anda cuma tanya ‘bagaimana’, Anda akan jatuh menjadi sekadar konsumen. Pertanyaan terpenting adalah mengapa Anda sampai sakit?” urainya. 


Wanita 45 tahun ini memang tak mau punya pasien yang yang mengharapkan pil atau tongkat ajaib untuk membereskan tubuhnya. “Saya mau pasien yang taking ownership of their own body. Itu badan Anda. Buat apa dokter yang sok tahu menyuruh ini-itu? Yang benar buat dokter belum tentu benar buat Anda.” Wah, dokter yang satu ini tampaknya memang lain dari yang lain.

Mendorong Gaya Hidup Sehat

Perbedaan mencolok dr. Tan dibanding dokter lain pada umumnya adalah ia tidak mudah memberi obat. Rata-rata pasien yang keluar dari ruang prakteknya tidak menggenggam resep. Kalaupun ada resep, biasanya hanya vitamin dan omega-3, tergantung kondisi pasien. 

“Sampai kapan seseorang mau tergantung pada obat-obatan? Apakah setelah mengonsumsi obat dia benar-benar sembuh? Jawabannya tidak. Karena begitu obat berhenti, dia sakit lagi. Berapa banyak dokter hanya bertanya ‘sakit apa’ lalu berkata ‘ini obatnya’? Dia tidak memberikan pendidikan atau menjelaskan asal usul penyakit. Pasien juga bego, padahal dia harusnya memahami perannya dalam menciptakan penyakitnya,” jelas dr. Tan. 

Sebagai ganti resep, dr. Tan memberikan pencerahan tentang gaya hidup sehat yang harus dijalani setiap orang. "Saya yakin semua dokter tahu bahwa diabetes, stroke, dan kanker adalah penyakit gaya hidup. Tapi pertanyaannya, seberapa jauh seorang dokter mau fight untuk memperbaiki gaya hidup pasiennya? Karena, penanganan pertama pasien seharusnya perubahan gaya hidup. Bila gagal, baru obat-obatan boleh dicoba.” 

Dr. Tan mencontohkan, pasien yang sakit lutut akan disuruh minum obat, dioperasi, atau diganti tempurung lututnya. Padahal, titik beratnya adalah bobot tubuhnya. Jika pasien tersebut mengubah pola makan dan gaya hidup, berat badannya susut dan keluhan lututnya akan hilang. “Ibaratnya, mobil Mercedes pasti turun mesin kalau diisi bensin bajaj. Coba ganti dengan bensin super, pasti larinya kencang.”

Perubahan pola makan yang dianjurkan dr. Tan mungkin terdengar ekstrem. Ia mengimbau pasiennya untuk berhenti mengonsumsi gula, terigu, nasi, dan pati (singkong, kentang, ubi, jagung, talas). Pasalnya, di dalam tubuh, jenis makanan ini akan diproses 100% menjadi gula dalam waktu dua jam. Benar, manusia butuh gula untuk energi. Tapi kenaikan kadar gula darah akibat empat jenis makanan ini sangat cepat, mengakibatkan insulin melonjak untuk menekan kenaikannya. Bersama insulin, keluar pula hormon eicosanoid buruk. Akibatnya, pembuluh darah menyempit, darah kental, daya tahan buruk, tubuh ‘memelihara’ bakteri, jamur, kista, tumor, dan kanker, serta timbul nyeri. 

Sebagai ganti nasi, ia meresepkan: satu ikat selada mentah atau dua cangkir brokoli setengah matang, 2 putih telur rebus, 2 tomat, 2 mentimun, setengah avokad, apel, atau pear. Dengan makanan ini, tak ada sisa gula yang tersimpan menjadi lemak. Kadar gula darah sebelum dan sesudah makan pun rata-rata sama. Dan, hormon eicosanoid buruk takkan keluar sehingga tak mengundang penyakit. ‘Menu’ ini perlu dilengkapi lauk-pauk yang diolah dengan berbagai cara, asal tidak ditumis atau digoreng. 

“Kita makan sayur bukan hanya demi seratnya. Sayur mentah mengandung enzim dengan life force energy yang penting buat tubuh. Inilah pola makan asal yang sesuai fitrah manusia. Siapa bilang tidak makan nasi jadi lemas? Nenek moyang kita makan sayur dan buah tapi mereka kuat mendaki gunung dan berburu.” 

Sakit adalah Introspeksi
Hal lain yang menarik dari dr. Tan adalah gelar M. Hum. Gelar itu didapat setelah ia mengambil pascasarjana filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta , tahun lalu. Menurutnya, kuliah S2 filsafat membuatnya memahami manusia secara mendalam dan holistic. Ia juga jadi mengerti ‘dosa ilmu kedokteran’ tentang mekanisasi tubuh manusia. 

“Akibat perkembangan ilmu kedokteran – terutama setelah ditemukannya alat pacu dan cangkok jantung, tubuh manusia yang tadinya holistic lalu dipecah-pecah. Kalau kepala sakit yang diobati, ya kepala saja. Kita terlepas dari tubuh, emosi dan kecerdasan spiritual. Tubuh manusia hanya jadi seperangkat mesin. Kalau ada yang salah, kita pergi ke bengkel. Dan, rumah sakitlah bengkel terbesarnya. Betul, badan manusia terlalu kompleks untuk dipegang satu ahli saja. Manusia boleh dipegang beberapa ahli, asal mereka sama-sama sadar bahwa manusia diciptakan Tuhan. Masalahnya, dokter punya arogansi profesi. Seorang dokter biasanya susah dibilangin dan selalu merasa benar,” tuturnya lugas. 

Dr. Tan juga menyayangkan bila manusia zaman sekarang mati-matian melawan dan menolak sakit. Padahal, sakit adalah jalan untuk lebih memahami bahwa manusia tak selamanya di posisi atas. 

“Sakit adalah introspeksi. Ketika sakit, saya berhenti dan menoleh kebelakang. Apa yang ‘jalan’ dan ‘nggak jalan’ selama ini? Nah, menjadi sembuh adalah keberhasilan introspeksi dan menemukan cara untuk lebih maju lagi. Tapi bagaimana pasien bisa introspeksi bila tak dibimbing menemukan kesembuhannya dan hanya dininabobokan oleh obat? Dunia yang mati rasa dan tak mau mengalami sakit adalah dunia yang melarikan diri, mengingkari diri sendiri,” lanjutnya. 

Menurut dr. Tan, kita memasuki era kebablasan mengonsumsi obat. Akhirnya, obat dijadikan demand (kebutuhan). Setelah demand melambung tinggi, masyarakat digenjot untuk mendapatkan penghasilan lebih yang tak perlu demi obat. Lihatlah berapa banyak orang yang harus berusaha mati-matian demi keperluan berobat salah satu anggota keluarga.

Selalu Ingin Jadi Dokter
Dr. Tan Shot Yen lahir di Beijing , 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia kuliah di Fakultas Kedokteran Universistas Tarumanegara dan lulus Profesi Kedokteran Negara FKUI pada tahun 1991. Sebagai siswi yang selalu mendapat nilai cemerlang dalam ilmu eksakta, menjadi dokter merupakan impiannya sejak dulu. Baginya, di bidang kedokteran, cara pikirnya yang eksakta bisa menemukan ‘kemanusiaannya’. Dalam diri pasien, ia menemukan benang merah antara fisik, emosi dan spiritual.

Ketika baru menjadi dokter, saya juga ngaco. Sekadar memberi obat pada pasien. Lama-lama saya pikir saya cuma perpanjangan pabrik obat,” kenangnya. Lalu ia pelan-pelan lebih menggunakan gaya hidup sehat. Perubahan ini dipicu oleh ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, tokoh inspiratif yang membuatnya maju untuk melihat apa sebenarnya kebutuhan manusia. 

Melihat begitu berapi-apinya dr. Tan saat memberikan pencerahan gaya hidup pada pasien, siapapun mungkin akan bertanya ‘apa tidak capek?’. “Lebih capek mana dibandingkan dokter yang ditunggangi perusahaan obat dan makanan? Saya mendapat energi bila melihat pasien sembuh. Mereka memegang kendali atas hidup mereka, tidak dibohongin dokter, dan tidak tergantung obat,” jawabnya. 

Dr. Tan mengakui, sepak terjangnya kerap dipandang sebelah mata oleh koleganya. “ Ada yang bilang saya idealis, bahkan mission impossible. Tapi saya yakin, dalam hati kecil mereka mengatakan bahwa perubahan gaya hiduplah jawabannya. Masalahnya, mereka sendiri tidak menjalani gaya hidup itu. Ini membuat saya sebal. Kalau mereka merasa tidak bisa menjalani gaya hidup sehat, jangan mengecilkan pasien dengan menganggap pasien juga takkan bisa. Pasien yang sudah parah dikasih obat apapun pasti mau. Apalagi cuma disuruh ganti nasi dengan sayur.”

Keluarga Terpengaruh
Pola makan asal yang meniadakan gula, trigu, nasi, pati dan susu yang dijalani dr. Tan juga dilakukan oleh suami – Henry Remanleh – dan anak tunggalnya, Cilla. Menurut dr. Tan, mereka tidak menjalaninya karena terpaksa, tapi karena merasakan manfaatnya. “Putri saya 17 tahun, kadang terpengaruh pola makan temannya. Dia lalu mengeluh susah konsentrasi atau pencernaannya terganggu. Setelah itu dia back on track. Dia sudah mengonsumsi raw food sejak SMP atas pilihan sendiri. Anak itu mencontoh orang tuanya. Jangan harap anak makan dengan baik kalau Anda sendiri amburadul.” 

Suaminya, Henry, adalah kinesiologis yang berkutat dengan masalah gerak dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan manusia. Henry juga instruktur brain gym. Ia berpraktek di tempat yang sama. Dr. Tan sangat menghargai pekerjaan suaminya karena memberdayakan masyarakat. “Brain gym terbukti bisa meningkatkan konsentrasi. Dengan pola makan sehat sejak kecil dan gerakan olahraga terstruktur, Anda tak perlu lagi minum obat,” katanyaa tegas. 

Selain sibuk berpraktik dan menjadi pembicara talkshow, dr. Tan menjadi kontributor untuk tabloid dan majalah kesehatan. Selain itu, ia mengisi waktunya dengan membaca dan membuka jalur continuing medical education melalui internet. Karena itu, info dan data jurnal ilmiahnya selalu up to date – disamping buku-buku terbaru pemberian ayahnya. 

Ia menjalani pilates, terkadang berenang, dan sesekali bermain piano. Kini ia sedang mengumpulkan kisah-kisah kamar praktek untuk dijadikan tulisan inspiratif agar para dokter memandang pasien lebih dari sekumpulan diagnosis. 


Sumber: Majalah “PESONA” Maret 2010

Tambahan:
Siapa itu dr Tan Shot Yen?

dr. Tan Shot Yen adalah seorang medical doctor yang kritis dan sering diundang sebagai pembicara dan narasumber di berbagai seminar. Dr. Tan, demikian beliau akrab dipanggil, adalah salah satu ikon dunia kesehatan kelas utama di Indonesia, terutama saat pengobatan naturopati mulai mewabah akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan konvensional. Metodenya yang unik namun ampuh membuat pasien beliau berkembang layaknya bilangan yang dipangkatkan dari waktu ke waktu. Selain sebagai dokter, dia juga praktisi Brain Gym dan Quantum, serta Hypnoterapist. Praktisi energy healing, certified medical hypnotherapist, dan penulis buku Saya Pilih Sehat dan Sembuh, Dari Mekanisasi Sampai Medikalisasi, dan Resep Panjang Umur, Sehat, dan Sembuh. Tulisan-tulisannya yang trengginas dan mengena bagi banyak pihak, “To Make Things Even Bolder”, buku yang ditulisnya menjadi salah satu mega seller di negeri ini.

Salah satu petikan wawancaranya dengan pasien:

dr. Tan : “Kenapa Anda kesini?”
Pasien : “Saya merasa obesitas, dok..”
dr. Tan : “Kenapa obesitas?”
Pasien : “Karena keturunan di keluarga saya..”
dr. Tan : “Nonsens! Kenapa?!” *mulai meninggi nadanya*
Pasien : “Ngg.. Anu, mm.. makan saya banyak” *mulai terintimidasi*
dr. Tan : “Kalau makan bener, banyak juga gak pa-pa! Kenapa?!”
Pasien : “Saya suka makan yang manis-manis, dok”
dr. Tan : “Nah, itu dia.. Persis!” *manggut-manggut puas*
“Jangan pernah ada yang bilang, kalau kalian itu sakit karena keturunan, itu mayoritas bohong! Sedikit sekali penyakit yang menurun karena genetika, sedikit!” setelah itu dr. Tan, dengan gaya yang sangat ekspresif memukul meja di depan dan kemudian mencolokkan jari-jari tangannya ke mulut. “Ini yang membuat penyakit seakan-akan muncul di keluarga sebagai penyakit turunan…” katanya setengah membeliakkan matanya “Keluarga, meja makan dan apa yang kalian makan di sana!”.


Jumat, 31 Mei 2013

4 Kebiasaan Buruk Pemicu Diabetes - Tinggalkan Sebelum Terlambat


Makanan Serba Instan, Enak tapi Berbahaya
Di setiap artikel kesehatan, makanan instan selalu masuk ke dalam blacklist untuk tidak dikonsumsi. Bukannya diskriminatif, tapi memang benar ada alasannya kenapa itu harus dijauhi. 
Misalnya mie instan yang termasuk karbohidrat sederhana sehingga sangat mudah meningkatkan kadar gula dalam darah dan berefek akan cepat mudah merasa lapar kembali. Begitu juga dengan snack yang digoreng, yang banyak mengandung radikal bebas. Di samping itu, proses penggorengan membuat sel darah merah menggumpal dan membuat tubuh kesulitan untuk mendistribusikan sel darah merah yang mengandung nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Termasuk juga, burger dan hotdog, karena bahan dasar makanan tersebut, yaitu sosis dan burger patty, merupakan bahan makanan yang diawetkan. Nutrisionis Emilia Achmadi mengatakan bahwa ada harga yang harus dibayar ketika berani mengonsumsi makanan yang cepat diolah dan disantap ini. Jadi, mulailah bijak untuk memilih makanan mana yang enak tapi tak baik untuk tubuh, dan mana yang sehat. 


Lupa kapan terakhir kali berolahraga
Tubuh diciptakan Tuhan untuk bergerak dan mengeluarkan keringat. Dr. Phaidon L. Toruan, praktisi gaya hidup sehat, menegaskan hal ini dengan menekankan olahraga sebagai sebuah kebutuhan, bukan tuntutan. Apalagi dalam kaitannya dengan kadar gula darah, gula disimpan di dalam sel lemak, kemudian di dalam sel lemak tersebut gula diubah menjadi lemak. Bila gula terus dibiarkan menumpuk, maka sel lemak akan bertambah besar, banyak, dan membuat tubuh gemuk. Bukan hanya bentuk tubuh yang berubah, namun kontrol gula darah pun ikut berantakan. Karena, kemampuan sel-sel otot di tubuh untuk menyerap glukosa menjadi terganggu dan membuat kadar pembakaran glukosa untuk menjadi energi baru terhambat. Olahraga untuk kesehatan sebenarnya tak mewajibkan yang rumit dan berbiaya mahal. Dengan rutin jogging selama 45 menit dalam tiga kali seminggu saja, kamu sebenarnya sudah meningkatkan massa otot dan mengurangi lemak di pinggung, yang berefek pada membaiknya kadar gula dalam darah.

Hobi makan makanan manis
Hidangan pencuci mulut, cake yang bergulir bergantian, atau minuman bubble tea yang jadi perbincangan, adalah sebagian sumber gula yang berada di kehidupan sehari-hari. Sesekali mengonsumsinya, lalu diseimbangkan dengan mengurangi konsumsi karbohidrat serta makanan berbahan dasar tepung terigu, boleh-boleh saja. Namun, apa jadinya tubuh ini kalau kamu dengan liberal mengonsumsi makanan serta minuman manis tersebut, tapi tak melakukan apa-apa untuk menghindarkan dirimu dari diabetes? Perlu diketahui, bahwa gula, terutama gula putih atau gula pasir, adalah jenis pemanis yang sangat jahat karena sangat cepat meningkatkan kadar gula dalam darah. Semakin tinggi kadar gula, pankreas akan bekerja semakin keras untuk menghasilkan insulin, hormon penyeimbang kadar gula agar gula bisa dimasukkan ke dalam sel tubuh. Jika dalam sehari saja konsumsi gula yang harus distabilkan oleh pankreas sudah terhitung banyak, jangan terkejut kalau baru berusia 30 tahunan saja kamu sudah memiliki masalah dengan kadar gula karena organ tersebut bekerja terlalu keras selama ini dan produksi insulin yang menjadi “penawar” tak mencukupi kebutuhan. Mengerikan, bukan? Tapi, bukan berarti yang manis-manis tak bisa kamu nikmati lagi. Kamu hanya perlu mengganti pemanis yang biasanya dipilih dengan gula aren atau madu, karena kedua jenis pemanis tersebut diolah tubuh secara sederhana tanpa harus melibatkan kerja keras pankreas.

Stress…stress…stress
Istilah ini bukan kata asing lagi untuk siapa saja, apalagi bagi kamu yang menjalani multiperan sebagai istri, ibu, dan karyawati. Dianggap remeh, stress atau beban pikiran yang dibiarkan berlarut-larut, sebenarnya menimbulkan respons tubuh dengan memproduksi hormon stress, yaitu kortisol. Fungsi hormon ini adalah untuk memecah sumber energi  tubuh, otot, dan lemak, untuk diubah menjadi gula agar stress bisa teratasi. Nah, bisa disimpulkan dengan logika mudah, kalau semakin lama stress dibiarkan, maka akan semakin banyak kortisol diproduksi dan akhirnya menjadikan kadar gula meningkat. Solusi mengelola stress ada dua, yaitu psikis dan fisiologis. Secara psikis, stress yang sedang diderita dicari jalan pemecahannya dengan bantuan dari tenaga ahli atau kerabat dekat. Lalu, itu diimbangi secara fisiologis dengan berolahraga. Ketika berolahraga, tubuh yang bergerak lalu berkeringat itu akan membakar lemak, mengurangi beban tubuh, dan meningkatkan hormon endorphin yang berefek rileksasi dan mengurangi stress. Bisa dibilang, olahraga sebenarnya jadi obat untuk segala penyakit yang dilakukan oleh tubuhmu dan untuk kesehatanmu juga.

Sumber: Iera Sipahutar. Fimela.com 24 May 2013


Selasa, 30 April 2013

Kemampuan Musik Mencegah Otak Jadi Cepat Tua


Bukti-bukti menunjukkan belajar bermain alat musik dan terus berlatih sambil bermain bisa memberikan manfaat mental sepanjang hidup serta memberikan pengaruh positif bagi pendengaran.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience menunjukkan bermain alat musik bisa mengurangi efek penurunan mental yang berhubungan dengan penuaan, sehingga membuat otak tidak cepat tua.

Jika seseorang belajar musik dari kecil hingga dewasa maka ia memiliki memori dan kemampuan kognitif yang lebih baik dibanding non-pemusik. Serta jika bisa bertahan hingga usia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan menetralisir dampak negatif dari usia.

"Perilaku dapat mengubah otak Anda. Di masa kecil yang mana saat otak masih berkembang, belajar alat musik dan terus bermain bisa meletakkan dasar untuk manfaat yang besar dikemudian hari," ujar penulis studi Brenda Hanna-Pladdy dari Emory University di Atlanta, seperti dikutip dari HealthDay, Selasa (7/8/2012).

Hanna-Pladdy menuturkan jika seseorang baru belajar alat musik saat usia pertengahan atau dewasa dan rutin bermain, maka ia tetap akan mendapatkan manfaat pencegahan penuaan otak meski tidak sebesar orang yang bermain sejak kecil.

Studi ini melibatkan 70 orang baik musisi maupun yang bukan dan dievalusi dengan melakukan tes neuropsikologi serta disurvei mengenai gaya hidupnya secara umum. Diketahui otak dari musisi ini tidak cepat tua karena memiliki nilai lebih tinggi pada tes ketajaman mental, meori verbal, daya ingat dan ketangkasan motorik.

"Musik secara alami bisa memberikan stimulasi multi-indera dan cara yang efektif untuk mengobati gangguan seperti stroke. Serta membantu melindungi otak terhadap penurunan kognitif," ujar Hanna-Pladdy.

Sumber: Vera Farah Bararah, DetikHealth 7-8-2012

Minggu, 31 Maret 2013

8 Penyakit yang Bisa Sembuh dengan Jalan Kaki

Terrnyata berjalan kaki secara rutin memberikan manfaat yang luar biasa bagi kesehatan kita. Kegiatan yang cukup sederhana tapi sangat bermanfaat bagi kita semua.
Jika Anda selama ini malas utk jalan kaki, pikirkan kembali... Karena menurut sebuah penelitian, jalan cepat bisa membantu kesembuhan delapan jenis penyakit. 

Berikut adalah 8 (delapan) jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan berolah raga yg bertumpu pada kaki tersebut :

1. Serangan Jantung 
Jalan kaki dengan cepat bisa mengalirkan darah ke dalam jantung... Dengan sering jalan kaki, jumlah kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat.

2. Stroke 
Sebuah penelitian dilakukan kepada 70 ribu karyawan yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu. 
Hasilnya resiko terserang stroke menurun hingga 2/3 (65 persen).

3. Membakar Lemak 
Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yg tersimpan di dalam tubuh akan ikut terbakar, kemudian kenaikan berat badan pun tidak terjadi. 

4. Melangsingkan Badan 
Pergerakan kaki hingga seluruh tubuh mampu menurunkan berat badan dan lemak yang ada di perut Anda akan terkikis... Lakukan jalan kaki rutin selama 1 jam per hari.

5. Kanker 
Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib. Jalan kaki juga bisa menurunkan risiko terkena kanker payudara. 

6. Mencegah Osteoporosis 
Osteoporosis tidak cukup hanya dgn rutin mengkonsumsi vitamin D dan asupan kalsium yang banyak. Tubuh jg membutuhkkan gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit per hari di bawah sinar matahari pagi dan Anda akan terhindar dari osteoporosis. 

7. Mencegah Kencing Manis 
Dengan rutin jalan kaki, mampu mencegah berkembangnya diabetes, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk. 
Gula darah bisa terkontrol. Anda hanya membutuhkan jalan kaki rutin untuk terus menjaga kebugaran badan dan terhindar dari diabetes. 

8. Depresi 
Berjalan kaki dgn cepat bisa meminimalisasi depresi. Mulai sekarang, rajinlah berjalan kaki... Jalan kaki dapat menyembuhkan pasien yang tengah depresi.

Sumber: Milist kesehatan

Kamis, 28 Februari 2013

Meningkatnya Resiko Kecelakaan Akibat Terjatuh, Dimulai pada Umur 40 tahun


Salah satu problem utama kesehatan bagi para lanjut usia adalah terjatuh, dimana banyak korelasinya dengan berkurangnya keseimbangan. Bahkan, banyak studi membuktikan bahwa orang-orang mulai menunjukkan berkurangnya kemampuan untuk keseimbangan tubuh pada umur 40 tahun keatas.

Semakin tua anda, maka otomatis secara fisik, kondisi badan dan kepekaan indera-indera anda juga melemah, di mana ini semua adalah faktor penting penyebab berkurangnya keseimbangan.





Di Jepang, lebih dari 7.000 orang meninggal setiap tahunnya karena kecelakaan terjatuh, yang mana angka ini melebihi kecelakaan lallu lintas.

Pada artikel ini, kami akan membahas secara detil, penyebab seseorang bisa terjatuh dan mengapa anda mulai kehilangan keseimbangan anda pada saat anda mulai menua.

## Uji coba keseimbangan anda dengan cara berdiri dengan satu kaki
Anda bisa menilai seberapa bagus keseimbangan anda dengan mengukur berapa lama anda bisa berdiri dengan satu kaki.


Tabel berikut ini menunjukkan rata-rata lamanya waktu keseimbangan, dikelompokkan sesuai umur. Tabel ini adalah hasil studi sebuah institusi kesehatan di Jepang.

Rata-rata lamanya waktu berdiri dengan mata terbuka
Umur 20-39 tahun: 110 detik
Umur 40-49 tahun: 64 detik
Umur 50-59 tahun: 36 detik
Umur 60-69 tahun: 25 detik

Rata-rata lamanya waktu berdiri dengan mata tertutup
Umur 20-39 tahun: 12 detik
Umur 40-49 tahun: 7 detik
Umur 50-59 tahun: 5 detik
Umur 60-69 tahun: kurang dari 3 detik

Bila waktu keseimbangan anda berada dibawah rata-rata, maka anda mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kecelakaan terjatuh, terpeleset, maupun tersandung.

Pada studi di atas, para wanita cenderung lebih mudah kehilangan keseimbangannya dibanding para pria tetapi hanya berbeda sedikit saja (1-2 %). Dari studi ini, juga terbukti bahwa ada penurunan drastis kemampuan menjaga keseimbangan pada kelompok usia menengah (umur 40 tahun keatas).

Mohon untuk diperhatikan bahwa angka-angka di atas adalah nilai rata-rata. Banyak juga orang-orang yang mampu mempertahankan waktu keseimbangannya lebih lama, dan ada orang-orang yang mampu menjaga waktu keseimbangannya jauh lebih pendek terlepas dari umur dan jenis kelamin. Penyebab mengapa ada perbedaan tersebut, akan kami jelaskan berikut ini.

## Telapak kaki anda memiliki indera
Seluruh permukaan kulit anda memiliki banyak sekali indera-indera kecil untuk mengukur tekanan pada permukaan kulit. Indera ini juga disebut mechanoreceptors. Pada bagian tertentu memiliki lebih sedikit indera, dan pada bagian lain memiliki beribu-ribu indera, seperti yang terdapat pada telapak kaki anda.



Indera tekan pada telapak kaki anda memberi sinyal informasi ke otak anda untuk membantu anda menjaga keseimbangan. Begitu anda menua, indera tersebut akan menjadi kurang peka, dan telapak kaki anda menjadi tidak begitu sensitif lagi. Tetapi ada beberapa faktor penyebab menurunnya sensitifitas indera tekan sebagai berikut.

## Terhambatnya peredaran darah bisa mengganggu indera tekan
Pada studi kami, resiko terjatuhnya orang-orang meningkat dua kali lipat karena disebabkan oleh terhambatnya sirkulasi darah.

Hal ini bisa disimulasikan dengan merendam kaki anda kedalam air es selama 3 menit. Karena dinginnya temperatur, indera tekan pada telapak kaki anda mulai kehilangan sensitifitasnya.

## Perhatikan sisi kaki anda yang bergerak maju
Bila kaki anda yang sedang bergerak maju menabrak sesuatu, tubuh anda akan kehilangan keseimbangan dan menyebabkan anda terjatuh atau tersandung.

Sewajarnya, tentu saja anda harus memperhatikan kemana anda melangkah. Ingatlah kalimat berikut - "Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan","Satu gram pencegahan setara dengan sekilo pengobatan", "Perhatikan sebelum melompat".

Tetapi itu bukanlah satu-satunya masalah. Berikut ini adalah dua faktor utama mengapa anda tersandung ketika berjalan.

1. Ujung kaki anda yang sedang bergerak maju, menunjuk ke bawah.
Bila ujung kaki anda menunjuk ke bawah ketika anda melangkah, maka anda beresiko untuk terjatuh / tersandung. Untuk menghindari hal ini, biasakan ujung kaki anda untuk menunjuk keatas pada saat melangkah seperti gambar dibawah ini.

2. Anda berjalan sepertu pendulum / ayunan.
Kurangnya ketinggian langkah anda bisa menaikkan resiko anda terjatuh. Untuk menghindari hal ini, kaki anda yang sedang bergerak maju harus lebih tinggi dari lantai minimal 5 cm dengan lutut terangkat tinggi seperti gambar dibawah.



Sebenarnya, seluruh indera tekan yang tersebar di seluruh tubuh anda dan juga pada telapak kaki anda, mengirim sinyal informasi ke otak seberapa tekanan yang dialami, termasuk kontraksi otot dan sudut pergerakan sendi.

Ketika informasi ini tidak tersampaikan secara benar ke otak, yang mana akan terjadi saat anda menua, maka gerakan-gerakan langkah kaki yang dikoordinasikan oleh otak pun akan melemah, tidak tepat atau tidak efektif yang menyebabkan anda kesulitan untuk menjaga ketinggian langkah anda.

## Bagaimana anda bisa menghindari resiko terjatuh, tersandung, atau terpeleset.
1. Jaga rumah anda tetap bersih
Banyak sekali barang-barang di rumah anda yang bisa menyebabkan anda tersandung. Selalu pastikan anda merapikan barang-barang anda di rumah dan simpanlah barang-barang anda yang tidak penting bahkan jika hanya sebuah koran, remote kontrol, atau pakaian yang tercecer dilantai.

2. Lakukan gerakan2 pada kaki, jari kaki dan sendi kaki anda


Anda mungkin berpikir anda tidak perlu melakukan stretching pada kaki anda dibanding anggota badan yang lain. Tetapi kenyataannya, olahraga kaki sangat membantu anda menjaga keseimbangan.

3. Jagalah rumah anda hangat dan pastikan pencahayaan yang cukup terang
Otot yang dingin menyebabkan indera tekan akan bekerja kurang efektif ataupun kurang peka terhadap sentuhan. Temperatur yang dingin juga akan menyebabkan otot anda menjadi kurang fleksible ataupun melemah, di mana kondisi ini akan menimbulkan kecelakaan.

Selalu jaga rumah anda untuk tetap hangat dan pakailah pakaian penghangat dan penghangat kaki, terutama pada musim dingin. Karena kebanyakan kecelakaan terjadi di dalam rumah, pastikan penerangan di rumah anda cukup.

Sumber: Junji Takano. Milist S2 Ubaya.





Kamis, 31 Januari 2013

Tubuh Sehat demi Masa Depan

Investasi tidak hanya dalam bentuk materi, tapi ada investasi lain yang bisa membuat masa depan lebih baik. Dengan memperhatikan tubuh maka itu bisa jadi salah satu investasi. Tubuh juga perlu diinvestasikan agar bisa hidup lebih lama dalam keadaan sehat. 


"Peliharalah tubuh Anda maka pengeluaran akan jauh lebih sedikit," ujar dr Aryo Pradito dalam acara diskusi “Love your Life, Living happy!” di Loving Hut, Plaza Semanggi, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (31/1/2013).

Dr Dito menuturkan ketika seseorang sakit maka ada pengeluaran langsung dan juga tidak langsung. Untuk pengeluaran langsung termasuk biaya dokter, perawatan medis, tenaga medis lain misalnya perlu akupuntur atau perawatan di rumah sakit.

Sedangkan untuk pengeluaran tidak langsung adalah jumlah produktivitas menurun akibat sakit sehingga tidak kerja. Apalagi jika sakitnya kronis yang membuatnya tidak bisa bekerja lama tanpa pendapatan tapi pengeluaran tetap.

Selain itu jumlah penderita penyakit tidak menular semakin bertambah, misalnya di Singapura mencapai 79 persen, Malaysia 67 persen sedangkan Indonesia sekitar 64 persen.

Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab meningkatnya jumlah orang dengan penyakit tidak menular, seperti merokok baik pasif maupun aktif dan juga malas bergerak.

"Gaya hidup sekarang cenderung bikin tubuh Anda rentan terkena penyakit tidak menular," ujar dr Dito.

Untuk itu dr Dito pun memberikan beberapa tips agar seseorang bisa hidup sehat dan juga aman, yaitu:

1. Mengonsumsi makanan sehat, seperti membeli buah dan sayur sehat, batasi makanan dan minuman dengan kalori tinggi serta menjaga berat badan ideal.

2. Bergerak aktif, minimal olahraga 2,5 jam dalam seminggu, serta bantu anak-anak dan remaja bergerak aktif selama 1 jam sehari.

3. Lindungi diri, misalnya pakai helm saat berkendara, hindari rokok, cuci tangan teratur, serta memiliki hubungan sosial yang baik.

4. Kendalikan stres, bisa dilakukan dengan menyeimbangkan antara bekerja dan bermain, berpikir positif, tidur cukup dan memiliki dukungan dari keluarga serta teman.

5. Melakukan cek up kesehatan secara berkala dan jangan takut dengan dokter.


Sumber: Vera Farah Bararah, DetikHealth (31-01-13)