Tuna Kaleng

Minggu, 30 Desember 2012

Skoliosis Didominasi Remaja Putri


Spesialis ortopedi dan traumatologi RSUD dr Soetomo, dr Komang Agung SpOT(K) mengungkapkan 80% penderita scoliosis / skoliosis (kebengkokan tulang punggung) adalah remaja putri. Mereka diketahui mengalami skoliosis pada usia 10-20 tahun.  

Dr Komang bersama tim dari RSUD dr Soetomo pernah melakukan screening pada 2010. Pengecekan itu melibatkan sekitar 600 siswi SMP dan SMA di Surabaya. Hasilnya 50 siswa mengelami skoliosis. Seluruh responden remaja putri tersebut tidak menyadari bahwa tulang punggungnya miring. Dr Komang menyatakan bahwa hal tersebut wajar, sebab tidak ada keluhan secara fisik yang dialami penderita.

Biasanya yang menyadari adalah orang-orang di sekitar penderita. Yang paling sering adalah ibu pasien yang melihat tulang belakang anaknya tidak lurus, meski derajatnya masih rendah. Yang perlu disadari adalah adanya peluang bertambahnya derajat kemiringan tulang belakang tersebut.

Spesialis ortopedi lainnya, dr Erwin Ispanardi SpOT, menambahkan bahwa dalam anatomi tulang belakang tiap ruas dipisahkan oleh tulang rawan yang lunak. Pada bagian yang lunak itulah bisa terjadi kemiringan. Lokasinya di daerah punggung atas atau bawah atau kedua-duanya.
Bila diagnosis dilakukan pada pasien berusia kurang dari 17 tahun, pasien akan disarankan melakukan beberapa terapi. Misalnya, senam khusus atau alat koreksi seperti brace. Sebab masa pertumbuhan tulang pada perempuan biasanya berhenti pada usia 17 tahun. Dia menyebutkan, skoliosis bisa diperparah oleh kebiasaan membawa beban di satu sisi bahu dan olah raga tertentu. Tas selempang banyak digunakan perempuan. Bila bebannya berlebih dan berlangsung tiap hari, ada peluang memperberat skoliosis yang sudah ada.

Bila pada usia 17 tahun kemiringan sudah lebih dari 40 derajat, dokter menganjurkan pasien dioperasi. Operasi dilakukan untuk mengantisipasi gangguan fungsi jantung dan paru-paru akibat tulang belakang yang miring. Pada beberapa kasus, pasien memang merasakan sesak.
Hingga kini belum ada alat khusus untuk mendeteksi dini skoliosis. Apalagi saat bayi. Yang disarankan adalah deteksi dini sendiri dengan berdiri di depan kaca. Atau meminta ibu melihat sisi belakang tulang dan membandingkannya dengan orang lain Bila merasa tinggi sebelah dan salah satu punuk di punggung lebih tinggi, harus segera diperiksa oleh dokter.

Dr Komang menegaskan, pasien tidak perlu terlampau khawatir bila memang membutuhkan pembedahan. Setelah operasi, pasien bisa melanjutkan aktivitas seperti biasa termasuk melahirkan secara normal. "Tidak usah minder dan khawatir. Teknologi semakin canggih. Tulang belakang bisa kembali seperti orang normal," tegasnya.


Sumber: Jawapos, 20 Des 2012


Catatan penulis: menurut seorang ahli tulang belakang (chiroprator), penderita skoliosis cenderung lebih mudah mengalami cedera kesakitan pada tulang-tulang rusuknya kalau penderita tersebut melakukan gerakan ekstrim ataupun badannya terbentur cukup keras. Hal tersebut karena tegangan antara kedua sisi tulang-tulang rusuk di sebelah kiri dan kanan tidak seimbang. Salah satu sisi bisa memiliki posisi yang tarikan tulang rusuknya cenderung lebih tegang. Sehingga saat melakukan gerakan ekstrim, salah satu sisi tulang rusuk tersebut bisa terasa sakit ataupun cedera, karena terjadi tarikan yang mendadak pada daerah tulang rusuk padahal elastisitasnya sudah terbatas akibat skoliosis tersebut.

Video penjelasan skoliosis:


Video latihan stretching untuk mengurangi skoliosis: