Tuna Kaleng

Selasa, 27 Mei 2008

Anti Oksidan dari Olive Oil (Minyak Zaitun)

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya pernah menyampaikan bahwa Olive Oil (minyak zaitun) mengandung kadar anti oksidan yang tinggi. Selain itu olive oil juga sangat baik untuk mengontrol LDL (kolesterol jahat), mengurangi resiko penyakit jantung, mengurangi resiko usus besar dan lain-lain.
Ada pengalaman menarik tentang kandungan anti oksidan olive oil. Saya sendiri mengkonsumsi olive oil sejak bulan February 2008. Terus terang saya tidak pernah menguji hasil dari manfaat mengkonsumsi olive oil tersebut. Lagi pula saya tidak tahu bagaimana cara menghitung kadar anti oksidan kita. Kalau kadar LDL dan kolesterol lainnya bisa diperiksa lewat test darah di laboratorium kesehatan.

Awal bulan May 2008, saudara saya di luar kota menelpon tentang akan adanya seminar anti oksidan di kota saya. Kebetulan seminar tersebut membawa alat pengukur anti oksidan yang dinamakan bio-photonic scanner. Terlepas dari isi seminar tersebut yang juga mempromosikan produk suplemen anti oksidan tertentu, seminar tersebut topik dan bahasannya lumayan bagus.

Seminar tersebut dibawakan dengan cukup menarik dan bisa memberikan cara pandang baru tentang arti kesehatan. Disebutkan bahwa lingkungan kita sekarang ini tidak bisa lepas dari yang namanya radikal bebas. Sumber radikal bebas ini bermacam-macam mulai dari polusi udara, dari makanan dan minuman, stress, racun kimia, pestisida dan lain-lain. Radikal bebas ini kalau masuk ke tubuh bisa merusak bagian-bagian sel-sel tubuh sehingga banyak fungsi sel-sel yang hilang. Sel yang rusak atau mati akan menyebabkan berbagai masalah penyakit, penuaan dini ataupun kanker.
Untuk memberikan perlindungan tubuh atas serangan radikal oksidan ini diperlukan anti oksidan. Anti oksidan bisa menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Adanya anti oksidan ini akan meningkatkan kesehatan kita secara umum.
Selain dihasilkan oleh tubuh, anti oksidan juga kita peroleh dari makanan yang sehat dan alami, seperti buah-buahan, sayur-sayuran segar dan lain-lain.

Di akhir seminar anti oksidan ini, dilakukan pengukuran kadar anti oksidan masing-masing peserta. Pengukurannya memakai alat bio-photonic scanner dengan cara penyinaran ke telapak tangan kanan selama beberapa menit. Hasilnya bisa dilihat di indikator yang ada.
Menurut seminar tersebut, tiap orang dianjurkan agar memiliki kadar anti oksidan di atas 50.000. Orang dengan kadar ini akan relatif lebih sehat sampai masa tuanya dan resikonya pun sangat kecil untuk bisa terkena kanker.
Sebaliknya kalau kadar anti oksidan-nya rendah, misalnya sekitar 10.000, maka orang tersebut harus hati-hati dan mulai mengubah gaya hidupnya agar bisa terhindar dari berbagai penyakit. Misalnya: menghindari rokok (aktif maupun pasif), menghindari makan sembarangan, banyak mengkonsumsi sumber anti oksidan dan lain-lain.



Dari hasil pemeriksaan anti oksidan tersebut, ternyata rata-rata peserta (sekitar 40 orang) memiliki kadar anti oksidan sekitar 10.000 ~ 25.000 saja. Ada satu dua orang yang kadarnya mencapai 32.000. Ketika ditanyakan pola makannya, ternyat orang tersebut memang senang minum juice buah (sumber anti oksidan).
Di penghujung pemeriksaan, akhirnya saya mendapat giliran untuk memeriksa kadar anti oksidan saya. Nilainya mencapai 36.000. Walaupun nilainya tidak mencapai standard yang dianjurkan, tapi nilainya paling lumayan dibandingkan peserta seminar yang lain. Saya pikir-pikir dari mana ya sumber anti oksidan yang saya peroleh....., karena saya sendiri tidaklah rutin mengkonsumsi sayur ataupun buah-buahan.
Sewaktu saya sampaikan bahwa saya rutin mengkonsumsi olive oil (1-2 sendok per hari), pembicara seminar tersebut membenarkan bahwa olive oil memang salah satu sumber anti oksidan yang baik. Sangat baik kalau kita juga rutin mengkonsumsinya.

Ternyata terbukti bahwa olive oil memang memiliki kadar anti oksidan yang tinggi kadarnya.
Selamat mencoba.