Tuna Kaleng

Minggu, 29 Mei 2011

Senyum untuk Kesehatan


"Senyumanmu pada orang lain adalah sedekah."

Suatu penelitan menyebutkan seorang anak sampai usia 14 tahun bisa tersenyum sampai 400 kali seharinya.
Tapi dengan bertambahnya usia, senyuman pun berkurang. Orang dewasa rata-rata hanya tersenyum 7 kali saja dalam sehari.
Itulah sebabnya seorang anak lebih ceria dan bahagia dibandingkan orang dewasa.

Seorang santo (orang suci) pernah mengatakan:
"Setetes madu bisa menarik lebih banyak lalat, dibandingkan dengan seliter cuka"
"Senyum dan kasih bisa lebih menghilangkan kejahatan di dunia ini (dibandingkan dengan hal lain misalnya peperangan)"

Tersenyum adalah suatu tindakan yang paling mudah, paling sederhana, paling murah dan paling menyenangkan di dunia. Seringkali kita melupakan tindakan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita merasa sudah terlalu letih oleh kerjaan yang menumpuk, membayar tagihan-tagihan atau kasir toko yang menyebalkan ketika tadi berbelanja.

5 alasan mengapa kita harus banyak tersenyum:
  • Kita akan mendapatkan lebih banyak kebahagiaan
Cobalah paksakan diri kita untuk tersenyum selama 30 detik mulai dari sekarang. Lakukan pula ketika kita mengalami kemalangan. Dengan membiasakan tersenyum, tidak peduli bagaimana perasaan kita saat itu, di dalam tubuh kita akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang dapat membuat kita merasa bahagia. Cobalah dan rasakan perbedaannya.
  • Senyuman dapat mengubah keadaan kita
Jika kita merasa putus asa, marah atau bosan, sebuah senyuman akan mengubah keadaan emosi kita menjadi lebih positif. Dan sebuah keadaan yang positif tidak hanya membuat hidup kita lebih menyenangkan tetapi juga membuka segala kemungkinan lain dalam pikiran kita. Kita akan melihat dunia dengan cara yang berbeda melalui lensa kebahagiaan. Dari situ kita dapat mulai membangun sederetan tindakan yang positif dan berinteraksi dengan banyak orang setiap harinya.
  • Senyuman dapat mengubah keadaan orang lain
Jika kita berjalan ke dalam sebuah ruangan atau menuju ke sebuah toko dengan senyuman di wajah kita, akan membuat semuanya berbeda. Semua orang akan berbalik tersenyum pada kita. Hal ini akan banyak membantu mencairkan setiap ketegangan atau kekakuan yang ada. Interaksi kita akan lebih terbuka, santai dan penuh dengan kegembiraan.
  • Tersenyum? Apa ruginya?
Ketika memilih antara mengerutkan dahi, ekspresi kosong atau tersenyum, tampaknya pilihan terakhir adalah pilihan yang paling produktif dan positif, bukankah demikian? Seringkali kita lupa untuk tersenyum atau mungkin kita tidak terlalu suka untuk tersenyum. Tapi jika kita berusaha untuk menggunakan senyuman kita sesering mungkin, kita lama-kelamaan akan mempunyai kebiasaan yang baru, kebiasaan yang jauh lebih positif. Jika kita termasuk orang yang selalu memperhitungkan untung rugi untuk segala hal, cobalah pertanyaan ini, ‘apa ruginya kita tersenyum?’
  • Lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan yang sebaliknya
“Dibutuhkan tujuh puluh dua otot untuk berkerut, tetapi hanya tigabelas otot untuk tersenyum.” Jadi sebetulnya kita menggunakan jauh lebih sedikit otot ketika tersenyum dibandingkan saat kita mengerutkan dahi atau memasang muka marah. Dengan membiasakan diri untuk tersenyum, maka otot tersenyum kita akan menjadi lebih kuat daripada otot untuk mengerutkan dahi kita, sehingga lama kelamaan kita akan lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan hal yang sebaliknya.

Sumber: Milist Alumni S2 Ubaya