Apakah yang menyebabkan depresi?
Ada berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar individu, seperti:
- Kepribadian perfeksionis, mudah khawatir, pemalu dan sering mengkritik diri sendiri
- Peristiwa dalam kehidupan seperti berkabung, perpisahan, kehilangan pekerjaan, konflik keluarga dan masalah keuangan
- Menderita penyakit kronis, seperti kencing manis, penyakit jantung danpembuluh darah
- Penggunaan alkohol dan obat-obatan
Pengobatan Depresi
Terapi untuk mengatasi depresi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis:
Farmakoterapi
Merupakan terapi menggunakan obat anti-depresan yang bekerja di dalam otak guna mengubah mood pasien. Peresepan obat anti-depresan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Salah satu golongan obat anti-depresan adalah sertraline, yaitu obat golong SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Psikoterapi
Merupakan terapi dalam bentuk konseling di mana selain membahas pikiran dan perasaannya, pasien diajarkan untuk melihat dan mengetahui penyebab depresi yang dialaminya. Selain itu pasien juga belajar untuk mengidentikasikan masalah, mengubah persepsi dan perilaku negatif, mencari jalan keluar yang efektif untuk mengatasi masalah dan menyusun kembali tujuan hidup yang realistis. Psikoterapi membantu membangun kembali rasa kebahagiaan yang mungkin untuk dicapai, mengatur kontrol diri dan mengurangi gejala depresi.
Salah satu metode terapi psikoterapi yang cukup efektif adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT) di mana pasien diminta untuk mengenali pikiran dan tindakan yang bersifat negatif, merusak dan pesimis untuk kemudian coba digantikan dengan pikiran dant tindakan yang positif dan realistis.
Dengan melibatkan serangkaian teknik, secara perlahan pasien mampu mengatasi rasa traumanya sehingga dapat mencapai hidup yang lebih bermakna dan indah.
Kedua terapi di atas dapat dikombiansikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun, tetap perlu diingat bahwa deteksi sedini mungkin sangat penting untuk menidentifikasi dan menentukan cara pengobatan yang tepat.
(Untuk mengetahui apakah Anda mengalami depresi, bisa dilihat artikel blog ini yang sebelumnya).
Sumber: eHCCP
www.mayoclinic.com