Pengalaman Endoskopi (Gastroskopi dan Kolonoskopi).
Penulis merasakan selama sekitar 2 tahun ini, BAB (buang air besar)-nya ada masalah. Satu hari bisa BAB beberapa kali, sampai 5-6 kali. Biasanya BAB dimulai di pagi hari jam 3.00 dini hari, terbangun dari tidur karena ingin BAB. Setelah itu biasanya jam 4-an atau setelah makan pagi jam 5.30 suka ada keinginan BAB lagi. Kotoran BAB-nya juga cenderung lembek seperti bubur. Siang dan sore hari di tempat kerja, suka ke WC untuk BAB lagi. Dilanjut malam hari BAB lagi. BAB-nya sendiri yang di siang hari dan malam hari hanya sedikit sekali jumlah volume-nya, namun hal hal jadinya ini cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.
Awal tahun 2022 ini, penulis sempat konsultasi dengan dokter penyakit dalam. Dokter-nya minta diagnosa USG dan ngasih obat anti kembung dan juga obat berisi enzym pencernaan. Hasil USG-nya bagus dan tidak ada kelainan apapun. Setelah coba minum obat rekomendasi dokter selama beberapa bulan, kondisi BAB agak sedikit membaik, tapi BAB-nya masih beberapa kali sehari.
Akhirnya di June 2022, saya konsul dengan dokter penyakit dalam lagi. Dokter-nya menganjurkan untuk dilakukan Endoskopi, baik untuk pengecekan saluran pencernaan atas (Gastroskopi) dan juga pengecekan saluran pencernaan bawah (Kolonoskopi). Endoskopsi ini berupa pemeriksaan kondisi saluran pencernaan dengan memakai kamera kecil yang dipasangkan di ujung kabel khusus yang dimasukkan ke dalam saluran pencernaan baik lewat mulut ataupun lewat lubang anus. Di awal July 2022 saya pun menjalani endoskopi tersebut di sebuah rumah sakit swasta.
Pagi-pagi saya berangkat ke rumah sakit yang akan menjalankan endoskopi ini, karena selama pandemi ini perlu dilakukan konfirmasi dulu apakah kena Covid atau tidak. Dimulai dengan test antigen, foto X-ray Thorax (dada) dan juga test PCR. Selain itu ada test darah oleh laboratorium untuk pengecekan standar sebelum tindakan rumah sakit.
Rencananya Endoskopi-nya akan dilaksanakan besoknya di pagi hari.
Untuk persiapan Endoskopi ini saya hanya diperbolehkan makan bubur kecap saja sejak jam 12.00 siang. Jam 15:00 saya diminta minum obat pencahar perut Phospo Soda 45ml, yang rasanya sangat tidak enak, seperti mau muntah. Tidak lama setelah minum pencahar perut tsb, saya mulai sering BAB. Jam 19.00 saya diminta minum pencahar perut Phospo Soda lagi dan diingatkan untuk banyak minum air, supaya bisa membilas kotoran di dalam usus halus. Saya diminta untuk lihat apakah kotoran BAB-nya sudah tinggal air saja atau tidak.
Seingat saya, saya hari itu BAB sampai 13 kali. Terakhir-akhir kotoran BAB-nya hanya berupa air saja yang warnanya masih agak kekuningan. Badan sampai agak lemes karena BAB terus, dan kulit anus terasa agak perih, kemungkinan ada lecet karena terus-terusan BAB.
Malamnya saya diminta untuk minum obat penenang ringan Esilgan supaya bisa tidur dan tidak gelisah saat endoskopi di keesokan harinya.
Keesokan harinya saya dibangunkan perawat sekitar jam 4.30, dan langsung diminta siap-siap dan badan saya diseka lap basah oleh perawat-nya.
Jam 7.00 pagi saya sudah berada di ruang tindakan, di sana saya mendapat penjelasan mengenai tindakan endoskopi (Gastroskopi dan Kolonoskopi) oleh dokter penyakit dalam yang akan melaksanakan tindakan tersebut. Dokter juga memperlihatkan peralatan kamera di ujung kabel alat endoskopi tersebut. Gastroskopi dan Endoskopi masing-masing punya alat sendiri yang terpisah. Tidak lama kemudian dokter anestesi mulai tindakan anestesi di rongga mulut lewat alat semprotan dan mulai menyuntikan obat anestesi ke selang infus saya. Saya coba nunggu beberapa saat, kok masih tidak terasa ngantuk.
Tiba-tiba saya dibangunkan di jam 9.00 oleh perawat di ruang pemulihan, katanya proses endoskopi-nya sudah selesai. Saya diminta untuk istirahat dulu sampai benar-benar bangun dan segar kembali.
Ternyata tanpa terasa saya jatuh tertidur tidak lama setelah dapat diberi obat anestesi sebelum tindakan endoskopi tadi. Proses Gastroskopi dan Kolonoskopi-nya sendiri berlangsung sekitar 45 menit. Perawat mencoba membangunkan saya beberapa kali setelah endoskopio tersebut, saya terbangun dari tidur anestesi tsb sekitar jam 9.00. Hasil endoskopi-nya sendiri bagus dan tidak ada kelainan. Tidak ada polip di lambung ataupun di usus besar. Jadinya kalau mau periksa endoskopi-nya lagi bisa sekitar 10 tahun lagi. Kalau selama endoskopi ditemukan ada polip, biasanya polip tersebut akan langsung dipotong dan diambil saat pemeriksaan endoskopi tersebut dengan alat tambahan khusus. Untuk polip yang diambil ini nantinya akan diperiksa laboratorium apakah mengandung potensi keganasan (kanker) atau tidak.
Menurut info yang saya dapat, endoskopi ini telah menyelamatkan nyawa ribuan orang dari kemungkinan tumbuhnya kanker ke tingkat lanjut, karena biasanya bakal kanker tersebut yang berupa polip bisa diketahui dan diambil saat pemeriksaan endoskopi tersebut. Pemeriksaan endoskopi sangat dianjurkan untuk orang-orang yang sudah berusia di atas 50 tahun.
Setelah balik ke kamar lagi, saya diperbolehkan untuk makan normal lagi, tidak perlu makan bubur lagi. Siangnya dokter penyakit berkunjung ke kamar saya dan menjelaskan hasil pemeriksaan endoskopi saya. Katanya hasilnya bagus tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Untuk pemeriksaan berikutnya, bisa dilakukan test endoskopi sepuluh tahun lagi. Masalah sering BAB-nya tidak diketahui penyebabnya, kemungkinan bisa karena IBS (Irritable Bowel Syndrome) tipe diare. Karena semuanya normal, dokter-nya merekomendasikan minum tablet perbiotiik Rillus untuk mengatasi masalah BAB saya tersebut. Sore-nya saya pun boleh keluar dan pulang ke rumah.
Setelah endoskopi ini, kondisi pencernaan saya terasa enakan. BAB nya pun umumnya hanya di pagi hari sekitar jam 4-an dan setelah makan makan pagi. Kotoran BAB-nya juga padat dan normal, warnanya juga normal. Jarang BAB di siang, sore ataupun malam hari lagi. Kadang di waktu-waktu tersebut ada keinginan seperti mau BAB, tapi tidak ada yang keluar. Kemungkinan ini karena kebiasaan secara psikologis saja, karena selama ini sering BAB di waktu-waktu tersebut.
Apakah BAB yang jadi normal ini karena saya minum prebiotik Rillus selama 1 bulan setelah endoskopi, ataukah karena saya sempat minum obat pencahar perut saat mau endoskopi tersebut, ataukah ada penyebab lainnya? Tapi yang pasti sekarang BAB-nya sudah kembali normal, tidak sering BAB lagi seperti sebelumnya.
Sumber: pengalaman pribadi
Artikel terkait: