Tuna Kaleng

Tampilkan postingan dengan label gembira. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gembira. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Oktober 2018

Apakah Anda ingin Bahagia? Gampang caranya.


Apakah Anda ingin merasa bahagia? Caranya tidak susah. Bisa kita lakukan tiap hari. Bahagia itu merupakan suatu proses tiap hari yang perlu kita "latih" terus menerus.
 

Menjadi bahagia bukan berarti memiliki langit tanpa badai, jalan tanpa musibah, bekerja tanpa merasa letih, ataupun hubungan tanpa kekecewaan.
Tetapi mencari kekuatan untuk memaafkan, mencari harapan dalam perjuangan, mencari rasa aman di saat ketakutan dan mencari kasih di saat perselisihan.
 

Menjadi bahagia bukan hanya menyimpan senyum, bukan hanya mengenang kejayaan dan bukan bergembira karena menerima tepuk tangan meriah.
Tetapi bisa mengolah kesedihan, belajar dari kegagalan dan juga tetap suka cita walau dihina.
 

Menjadi bahagia itu berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri.
Bukan hanya menyeberangi padang gurun yang berada di luar diri kita, tapi lebih dari pada itu, mampu mencari mata air dalam kekeringan batin kita._
 

Menjadi bahagia adalah mengucap syukur setiap pagi atas mujizat kehidupan. Tidak merasa takut atas perasaan melainkan bagaimana bisa membawa diri untuk menanggungnya dengan berani ketika diri kita ditolak.
 

Menjadi bahagia itu memiliki rasa mantap ketika dikritik, meskipun kritik itu tidak adil.
Bisa menciptakan saat-saat indah bersama sahabat-sahabat, meskipun mereka pernah menyakiti kita.
 

Menjadi bahagia itu memiliki kedewasaan dan keberanian untuk mengakui kesalahan. Berani berkata saya salah dan maafkan saya serta memiliki kepekaan untuk mengutarakan aku membutuhkan kamu dan mengasihimu.

Hidup ini penuh dengan kesempatan untuk menjadi bahagia. Ketika melakukan kesalahan, mulailah lagi dari awal, agar bisa lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupan.

Jangan berhenti mengasihi orang-orang yang engkau cintai. Jangan menyerah untuk menjadi bahagia karena kehidupan ini indah apabila kita dapat mensyukuri apa aja yang Tuhan berikan dan izinkan terjadi dalam hidup kita.
 

Terkadang kalau kita sedang tidak menyukai sesuatu, hal tersebut terjadi karena perbedaan respon dan pola pikir kita. Mungkin saja kita yang terlalu memaksakan pola pikir diri sendiri saja. Misalnya saat kita menyapa seseorang, tapi orang tersebut tidak membalas sapaan tersebut dan kita pun mungkin merasa sebal. Tapi sebenarnya itu mungkin saja karena kita memaksakan pola pikir kita, bahwa kalau saya menyapa seseorang maka orang tersebut harus merespon dengan baik. Padahal tidak harus selalu begitu. Kalau dia tidak balas sapaan kita, ya sudah biarkan saja, itu urusan dia. Bukan urusan saya. Selesai.


Sumber: Milist kesehatan
Suggested link:

Rabu, 05 September 2018

Didiklah Anak supaya Berpikiran Positif


"Jangan menguatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati anda” – Robert Fulghum

Berhasil mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua orangtua. Setiap orangtua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia, namun apakah pada kenyataannya semudah itu? Mayoritas orangtua pernah mengalami kesulitan dalam mendidik buah hati tercinta.


Pernahkan kita berpikir bahwa program negatif yang (mungkin) secara tidak sengaja kita tanamkan ke pikiran bawah sadar anak kita, akan terus mendominasi dan mengendalikan hidupnya, membuatnya jadi berantakan di masa depan?


Jika mau jujur melakukan evaluasi pada diri sendiri, bisa jadi kita semua sebagai orangtua telah dan sedang melakukan hal ini terhadap anak-anak kita. 


Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
  • Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
  • Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
  • Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
  • Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
  • Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
  • Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya. 
Anak adalah peniru yang ulung, dia akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Kadang kita tidak sadar sudah mengajarkan hal hal yang tidak baik kepada anak dan orang tua tidak menyadarinya. Tingkah laku kita kadang bisa membuat trauma kepada anak anak kita, maka hati-hatilah.

Sumber: Milist Kesehatan

Selasa, 28 Agustus 2018

Berpikir Positif adalah Salah Satu Cara untuk Bahagia



Tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan kita, selain diri kita sendiri. Bukan pasangan kita (suami atau istri) ataupun keluarga kita yang bisa membuat kita bahagia. Bahagia ditentukan oleh diri kita sendiri. Kita yang bertanggung jawab apakah kita mau bahagia atau tidak. 

Menurut Dandapani, seorang pendeta Hindu, kita tidak bisa mencari kebahagiaan. Tapi kita bisa menjalani pola hidup ataupun gaya hidup (lifestyle) yang memberikan kita kebahagiaan

Pola hidup bahagia bisa kita mulai dengan hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, usahakan tiap hari dimulai dengan berpikir positif dan membuat orang lain tersenyum ke kita. Kita bisa memuji pasangan kita di pagi hari, kita bisa mengucapkan salam untuk petugas keamanan di kantor, kita juga bisa memuji hasil kerja office boy di kantor. Hal-hal sederhana tersebut akan membuat orang-orang di sekitar kita tersenyum dan senang hatinya. Otomatis kita pun akan turut jadi merasa bahagia. 
Contoh sederhana-nya bisa dilihat di video Youtube di atas.

Pikiran positif yang rutin kita lakukan akan membantu membentuk kebahagiaan kita. Hal ini perlu kita pupuk setiap hari, karena bahagia itu perlu proses dan perlu kita usahakan terus. 

Related link: 
Pola Pikir yang Baik untuk Bahagia